Tak Perlu Mengajari Anak Membaca - Parenting

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Your Ad Spot

Selasa, 29 September 2020

Tak Perlu Mengajari Anak Membaca

 



"Tuch melihat, sang Nisa telah lancar bacanya. Kamu mau masuk SD tetapi belum dapat simak juga"


Itu Putri, ibu muda dengan dua anak, sedang mengomeli Bunga anak pertamanya. Bertepatan Putri sedang berkunjung ke rumah Sri, ibunya Nisa. Omelan ciri khas ibu-ibu yang cemas anaknya belum jua lancar membaca. Ditambah lagi dibandingkan anak tetangga yang seumuran.


Akrab kan dengan omelan-omelan seumpama itu? Maklumlah, umumnya kan memang demikian. Waktu anak sekolah, kompetisi akademis akan berlangsung...antar orangtua. Intinya masalah baca, catat serta berhitung (calistung) anak. Lah? Siapa yang sekolah? haha.


Ada seperti siklus tidak betul tentang calistung ini. Beberapa sekolah landasan mewajibkan murid baru untuk dapat membaca. Orangtua lantas bergerilya cari TK atau PAUD yang punyai program favorit anak dapat calistung dalam tempo satu tahun!


Pemerintah sendiri sudah larang edukasi calistung untuk anak umur awal lewat Surat Edaran Dirjen Pendidikan Landasan serta Menengah tahun 2009 (melihat kabarnya di sini). Ketentuan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 memperjelas jika akseptasi siswa kelas 1 SD/MI jangan disandarkan pada tes kekuatan membaca, menulis serta berhitung (melihat sumber di sini).


Program calistung pada anak umur awal ialah penyangkalan pada babak perkembangan anak. Instansi pendidikan anak umur awal punyai masalahnya sendiri,


"Jika tidak kami kerjakan, kami tidak bisa murid. Kelak guru ingin digaji dengan apa?"


Orang tua-TK-SD selanjutnya jadi seperti lingkaran setan tersangkut calistung ini. Dilarang dengan cara ketentuan, tetapi dimaklumi di atas lapangan.


trik jitu agar anda mendapatkan kemenangan dijudi bola Memangnya, berapa perlu mengajarkan anak membaca? Data dari BPS 2019 mengatakan ada 14.78 % masyarakat Indonesia buta huruf. 4.86 % salah satunya ada pada tenggang umur 15-44 tahun alias umur produktif. Sedang survey UNESCO pada 2019 ketertarikan membaca anak Indonesia sukses tempati posisi ke-2. Paling rendah ke-2 tujuannya.


Irit saya, data ketertarikan baca bertambah penting untuk jadi perhatian dibandingkan angka buta huruf.


"Lah, untuk senang baca itu harus dapat baca dahulu, Bang! Bagaimana sich?"


Benar, Bambang. Tetapi tidakkah sebelum belajar baca harusnya dipantik dahulu minatnya? Jangan-jangan anak kita semakin banyak yang dapat baca tetapi tidak tertarik membaca. Tidak cinta baca!


Sebelum mengenal, kamu tertarik dahulu kan sama wanita yang saat ini jadi istrimu itu? Baru selanjutnya kekasihan serta menikah.


"Tidak, Bang. Kami dijodohin"


Oh. Maaf, Siti Nurbaya.


Pikirkan jika telah kerja keras diajari membaca, ikhlas buat agenda belajar yang memangkas jam bermainnya, eh buku-buku yang dibeli mahal itu justru dianggurin. Rugi? Kemungkinan tidak. Buku dapat dipasarkan lagi. Tetapi ketertarikan entahlah kapan bisa berkembang.


Jika kata Maria Montessori, follow the child. Lihat saja ketertarikannya anak. Demikian bertemu, bang! Tinggal dipoles. Kelak akan meminta belajar sendiri, kok.


Tentang memantik ketertarikan membaca anak, berdasar dialog dengan rekan-rekan yang telah bertambah dulu membesarkan anak, banyak hal berikut dapat dilaksanakan;Siapkan Lingkungan Baca


Perubahan anak umur awal dikuasai oleh lingkungan sekelilingnya. Apakah yang dia kerjakan, dia sebutkan, serta apakah yang digemari tergantung pada lingkungan tempat dia berkembang kembang.


Jangan mengharap anak akan senang baca jika tidak ada satupun buku di dalam rumah. Kemungkinan bertambah pedasnya ini : jangan berharap anak akan ingin belajar membaca jika di dalam rumah malah tidak ada buku.


Seting lingkungan baca bisa dilaksanakan contohnya dengan mempersiapkan rack spesial bacaan beberapa anak. Tempatkan dalam tempat yang nampak serta gampang dicapai. Pasti tidak harus semua didalamnya majalah. Bisa dengan lembar memberi warna atau lembar kegiatan yang berkaitan dengan ciri-ciri film kegemarannya.


Selipkan juga majalah beberapa anak, buku dongeng berkarakter hewan atau tokoh kenabian. Makin variasi, makin menarik. Jangan novel yang dipamerkan dari sana.


"Tidak asyik. Tidak ada gambar!"


Anak protes demikian kelak.


Well, bicara lingkungan pasti tidak saja bicara benda, tetapi mengenai manusianya. Harus buat orangtua untuk tampilkan diri untuk figur yang menyukai baca juga. Luangkan waktu barang 20-30 menit untuk duduk membaca dalam tempat yang nampak oleh anak. Jauhi di kasur, kelak justru tidur.


Yakinlah, anak masih berubah dengan fashion. Mengikuti figur panutannya. Jangan memerintah anak membaca sesaat orangtua tik-tokan


Tidakkah semua ahli parenting setuju jika resep paling baik pendidikan oleh orangtua ialah keteladanan?


Karena itu silahkan kita bercermin. Jangan-jangan omelan sejauh ini cuman menepuk air di dulang?Membacakan Narasi Dengan Interaktif


Old but gold. Membacakan buku ialah panduan yang telah dilaksanakan semenjak dulu. Umumnya dilaksanakan untuk pengantar tidur. Narasi yang dibacakan pasti ditujukan untuk menumbuhkan ciri-ciri anak. Umumnya narasi hewan, dongeng atau cerita beberapa nabi.


Ada dua langkah membacakan narasi, pertama membacakan apa yang ada. Tujuannya ialah betul-betul membacakan text didalamnya. Ke-2, membacakan narasi dalam bahasa sendiri. Tidak persis sama dengan text narasi, tetapi esensinya sama.

Post Top Ad

Your Ad Spot